ruhani

AKARNYA IBADAH

Akarnya Ibadah, Pohonnya Keadilan, Buahnya Kesejahteraan Universal
Pilar-pilar pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam
Apa sebenarnya yang hendak dibangun Islam di muka bumi? Jawabannya sederhana, sebuah harmoni. Harmoni manusia, antara kebahagiaan spiritual yang sesuai fitrah ciptaannya; kebahagiaan material yang juga menjadi kebutuhan dasarnya; serta keadilan sosial yang menjadi kebutuhan nuraninya. Bahkan pembangunan ekonomi yang bercirikan pergerakan materi pun, dalam perspektif Islam diwajibkan memenuhi kebutuhan harmoni dari ketiga kutub kehidupan itu.
Islam hadir dengan berbagai perlengkapan ajaran yang bersifat multidimensional karena akan menjadi tempat berpijak bagi peradaban manusia. Tantangan bagi kemanusiaan pada hakekatnya hampir tidak berbeda dari masa ke masa, hanya kemasan dan coraknya saja yang berbeda. Begitu pula dalam bidang pembangunan ekonomi, Islam menantang sistem-sistem yang berlaku di dunia khususnya pada saat Nabi Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa sallam diutus.
Terdapat beberapa pilar penting dalam pembangunan ekonomi yang patut dicermati, diantaranya adalah :

Pembangunan ekonomi adalah ibadah
Di dalam Islam, sebagaimana semua jenis kerja rekayasa, pembangunan ekonomi adalah bentuk ibadah manusia untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak melalui proses-proses keduniawian yang sangat kompleks ini. Allah telah menegaskan kepada manusia untuk mencari manfaat akhirat dari apa saja kekayaan yang diberikan kepada mereka. Pembangunan ekonomi bukan satu-satunya upaya pembangunan manusia. Suatu ketika para sahabat Anshar ada yang merasa lega setelah kaum Muslimin dapat mengkonsolidasikan kekuatannya dan oleh karenanya mereka menganggap sudah saatnya untuk kembali berniaga. Allah Swt segera menurunkan ayat yang artinya:
“Janganlah kamu jatuhkan diri kamu ke dalam jurang kebinasaan.” (al-Baqarah: 185)
Arahan dari Rasulullah Saw juga sangat jelas ketika beliau bersabda bahwa yang beliau takutkan bukanlah kemiskinan yang melanda ummatnya, tetapi justru tatkala kemewahan dunia itu datang kemudian kaum Muslimin bersaingan dan berlomba-lomba di dalamnya sehingga menyebabkan kebinasaan.

Pembangunan ekonomi bertumpu pada pembangunan manusia
Letak keadilan adalah pada sikap, bukan pada konsep, karenanya Islam menekankan bahwa tulang punggung pembangunan ekonomi adalah pembangunan manusianya. Betapapun agungnya konsep dari al-Quran dan as-Sunnah tentang ekonomi tidak akan berjalan tanpa keadilan dari kaum Muslimin yang akan menegakkannya. Oleh karena itu Rasulullah Saw senantiasa memperhatikan tingkah laku orang-orang yang bekerja dalam bidang perekonomian dengan menekankan perlunya dibangun sikap keadilan ini. Beliau sering mengancam orang-orang yang berbuat korupsi, menimbun, spekulasi, dan lain-lainnya dengan ancaman yang pedih di akhirat nanti.

Pembangunan ekonomi bersifat universal
Dalam perspektif Islam, pembangunan ekonomi bersifat universal, artinya tidak hanya untuk menyejahterakan kaum Muslimin belaka. Rasulullah Saw bertransaksi ekonomi dengan siapapun termasuk orang Yahudi, bahkan sampai ke persoalan utang. Utsman bin Affan berdagang lintas negara dengan membawa komoditi perdagangan dalam jumlah yang sangat besar. Surat Quraisy sendiri mencerminkan pola perdagangan bangsa Arab pada umumnya pada musim dingin maupun musim panas yang tidak berubah pada zaman Islam. Dalam berinteraksi dengan segala jenis manusia di muka bumi ini pilar pertama (ibadah) dan kedua (keadilan) tetap berlaku. Partisipasi masyarakat dalam bidang pendanaan umum misalnya diwujudkan dengan zakat bagi kaum Muslimin dan jizyah bagi kaum kafirin.